Hubungan Industrialisasi dengan Kemiskinan
HUBUNGAN
INDUSTRIALISASI DENGAN KEMISKINAN
PENDAHULUAN
1. A. Latar Belakang
Tidak dapat dipungkiri bahwa industrialisasi di Indonesia sejak
Pelita I hingga saat ini telah mencapai hasil yang diharapkan. Setidaknya
industrialisasi telah mengakibatkan transformasi struktural di Indonesia. Pola
pertumbuhan ekonomi secara sektoral di Indonesia agaknya sejalan dengan
kecenderungan proses transformasi struktural yang terjadi di berbagai negara,
dimana terjadi penurunan kontribusi sektor pertanian (sering disebut sektor
primer), sementara kontribusi sektor sekunder dan tersier cenderung meningkat.
Hal tersebut memiliki pengaruh sampingan terhadap pelestarian lingkungan hidup
dan proses penanggulangan kemiskinan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Industrialisasi telah menimbulkan penambahan jumlah kemiskinan dan
pengurangan sumber daya alam secara signifikan. Selain itu, hubungan antara
pelestarian lingkungan hidup dan penanggulangan kemiskinan sudah cukup lama
menjadi bahan perdebatan, terutama di kalangan penyusun kebijakan. Di
Indonesia, topik ini menjadi hangat saat tumbuhnya kesadaran lingkungan pada
akhir dekade 1960-an.
Pada
saat itu, di satu pihak muncul tekanan untuk membangun lembaga
pemerintahan yang khusus mengatur pelestarian lingkungan. Tetapi di
pihak lain, berkembang pula oposisi yang mengkhawatirkan adanya
kekuatan gerakan pelestarian lingkungan hidup yang dapat menghambat
pembangunan, terutama pembangunan ekonomi, sehingga mengganggu upaya
penanggulangan kemiskinan. Kompromi yang dicapai tercermin
dari dibentukn ya sebuah Kantor Menteri Negara Pengawasan
Pembangunan dan Lingkungan Hidup pada tahun 1978. Bentuk “Kantor Menteri
Negara” berarti lembaga yang bersangkutan hanya mempunyai
kewenangan koordinasi, bukan operasional, dan tidak
memiliki kantor di daerah.
Ketiga komponen tersebut saling berkaitan satu sama lain. Ada
hubungan saling mempengaruhi yang terlihat seperti membentuk pola
ketergantungan yang tak terpisahkan. Industrialisasi mempengaruhi lingkungan
hidup dan sumber daya alam, permasalahan lingkungan hidup memiliki dampak
terhadap perekonomian dan kemiskinan, kemiskinan merupakan salah satu dampak
sampingan industrialisasi.
2. PEMBAHASAN
2.1 KEMISKINAN
2.1.1 Definisi Kemiskinan
Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana ketidakmampuan seseorang
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemiskinan disini dapat dilihat dari
berbagai kondisi seperti kondisi ekonomi yang lemah. Ketika kondisi ekonomi
lemah maka seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya seperti :
pendidikan, kesehatan, makan dan rekreasi.
Jika dikaitkan dengan sumber daya alam , dimana seseorang yang
dikatakan tergolong miskin akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
dengan bekerja . Pekerjaan ini bersumber dari pengolahan dan pemanfaatan sumber
daya alam . Oleh dikarenakan dimasa sekarang Indonesia sedang dalam
perngembangan sektor industri , hal ini akan berkaitan dengan usaha pemenuhan
bahan industri yang akan di peroleh dari sumber daya alam.Kemudian sumber daya
alam yang di ambil secara terus menerus dengan upaya pemenuhan bahan produksi
industri , lama – lama akan habis pula.Walaupun hal ini terjadi karena rasa
ketidakpuasan dan tidak terpenuhinya kebutuhan masyarakat maka dari itu mereka
tidak punya pilihan untuk mengerjakan hal itu.
Jumlah
Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan, 1970-2013
|
|||||||||||||
Tahun
|
Jumlah
Penduduk Miskin (Juta Orang)
|
Persentase
Penduduk Miskin
|
Garis
Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)
|
||||||||||
Kota
|
Desa
|
Kota+Desa
|
Kota
|
Desa
|
Kota+Desa
|
Kota
|
Desa
|
||||||
1970
|
n.a
|
n.a
|
70,00
|
n.a
|
n.a
|
60,00
|
n.a
|
n.a
|
|||||
1976
|
10,00
|
44,2
|
54,2
|
38,8
|
40,4
|
40,1
|
4522
|
2849
|
|||||
1978
|
8,3
|
38,9
|
47,2
|
30,8
|
33,4
|
33,3
|
4969
|
2981
|
|||||
1980
|
9,5
|
32,8
|
42,3
|
29,00
|
28,4
|
28,6
|
6831
|
4449
|
|||||
1981
|
9,3
|
31,3
|
40,6
|
28,1
|
26,5
|
26,9
|
9777
|
5877
|
|||||
1984
|
9,3
|
25,7
|
35,00
|
23,1
|
21,2
|
21,6
|
13731
|
7746
|
|||||
1987
|
9,7
|
20,3
|
30,00
|
20,1
|
16,1
|
17,4
|
17381
|
10294
|
|||||
1990
|
9,4
|
17,8
|
27,2
|
16,8
|
14,3
|
15,1
|
20614
|
13295
|
|||||
1993
|
8,7
|
17,2
|
25,9
|
13,4
|
13,8
|
13,7
|
27905
|
18244
|
|||||
1996
|
7,2
|
15,3
|
22,5
|
9,7
|
12,3
|
11,3
|
38246
|
27413
|
|||||
1996
|
9,42
|
24,59
|
34,01
|
13,39
|
19,78
|
17,47
|
42032
|
31366
|
|||||
1998
|
17,6
|
31,9
|
49,5
|
21,92
|
25,72
|
24,2
|
96959
|
72780
|
|||||
1999
|
15,64
|
32,33
|
47,97
|
19,41
|
26,03
|
23,43
|
92409
|
74272
|
|||||
2000
|
12,31
|
26,43
|
38,74
|
14,6
|
22,38
|
19,14
|
91632
|
73648
|
|||||
2001
|
8,6
|
29,27
|
37,87
|
9,79
|
24,84
|
18,41
|
100011
|
80382
|
|||||
2002
|
13,32
|
25,08
|
38,39
|
14,46
|
21,1
|
18,2
|
130499
|
96512
|
|||||
2003
|
12,26
|
25,08
|
37,34
|
13,57
|
20,23
|
17,42
|
138803
|
105888
|
|||||
2004
|
11,37
|
24,78
|
36,15
|
12,13
|
20,11
|
16,66
|
143455
|
108725
|
|||||
2005
|
12,4
|
22,7
|
35,1
|
11,68
|
19,98
|
15,97
|
165565
|
117365
|
|||||
2006
|
14,49
|
24,81
|
39,3
|
13,47
|
21,81
|
17,75
|
174290
|
130584
|
|||||
2007
|
13,56
|
23,61
|
37,17
|
12,52
|
20,37
|
16,58
|
187942
|
146837
|
|||||
2008
|
12,77
|
22,19
|
34,96
|
11,65
|
18,93
|
15,42
|
204896
|
161831
|
|||||
2009
|
11,91
|
20,62
|
32,53
|
10,72
|
17,35
|
14,15
|
222123
|
179835
|
|||||
2010
|
11,1
|
19,93
|
31,02
|
9,87
|
16,56
|
13,33
|
232989
|
192354
|
|||||
Maret
2011
|
11,05
|
18,97
|
30,02
|
9,23
|
15,72
|
12,49
|
253016
|
213395
|
|||||
Sep-11
|
10,95
|
18,94
|
29,89
|
9,09
|
15,59
|
12,36
|
263594
|
223181
|
|||||
maret
2012
|
10,65
|
18,49
|
29,13
|
8,78
|
15,12
|
11,96
|
267408
|
229226
|
|||||
Sep-12
|
10,51
|
18,09
|
28,59
|
8,6
|
14,7
|
11,66
|
277382
|
240441
|
|||||
Mar-13
|
10,33
|
17,74
|
28,07
|
8,39
|
14,32
|
11,37
|
289042
|
253273
|
|||||
Sep-13
|
10,63
|
17,92
|
28,55
|
8,52
|
14,42
|
11,47
|
308826
|
275779
|
|||||
Catatan:
|
|||||||||||||
1.
Sejak Desember 1998 digunakan standar kemiskinan baru yang merupakan
penyempurnaan standar lama.
|
|||||||||||||
Data tahun 1976-1996 menggunakan standar lama, angka tahun 1996-2013
menggunakan standar baru
|
|||||||||||||
2.
Referensi waktu untuk seluruh data adalah Februari,
|
|||||||||||||
kecuali data tahun 1998 (Desember) dan tahun 2006-2010 (Maret).
|
|||||||||||||
Data mulai tahun 1999 tanpa Timor Timur
|
|||||||||||||
2.1.2 Gejala Kemiskinan dan Perspektif Sejarah
Kemiskinan sebagai gejala dalam masyarakat sudah dikenal sejak
makhluk manusia menghuni bumi, tetapi kesadaran untuk memeranginya guna
mewujudkan pemerataan baru mulai berkembang setelah timbul hubungan
antar-bangsa dan negara yang sekarang bertambah erat, sehingga juga kita dapat
membandingkan mana yang kaya dan mana yang miskin.Sepanjang dapat kita telusuri
kembali sejak manusia beragama, kemiskinan sudah diakui ada, dan semua agama
juga mengandung perintah agar nasib kaum papa diperbaiki. Si kaya harus
membagikan sebagian kekayaannya kepada si miskin karena Allah Sang Pencipta
memberikan segala sumberdaya alam di bumi untuk dapat dimanfaatkan dan
dinikmati oleh mahluk manusia secara merata. Tetapi kemudian manusia menggagas
dan merekayasa tatanan masyarakat dan ekonomi yang membeda-bedakan penguasaan
dan pemanfaatan atas sumberdaya alam yang kaya. Demikianlah timbul pelapisan
dalam kehidupan bermasyarakat manusia, sehingga yang kaya menguasai yang
miskin.
Salah satu kupasan menarik tentang hubungan antara agama
Kristiani dan tumbuhnya Kapitalisme pernah ditulis oleh R.H. Tawney (1938) yang
dalam kesimpulan beliau mengutip ahli ekonomi J. M. Keynes yang berpendapat :
“Modern Capitalism is absolutely irreligious…” sehingga akibatnya keadilan,
kemiskinan dan pemerataan tidak terlalu diperhatikan. Ratusan tahun sebelum
Masehi, Farao di Mesir sudah mengenal dan memelihara perbudakan. Di semua benua
yang kita kenalpun ada Raja-raja yang membeda-bedakan lapisan masyarakat
menurut keturunan, sehingga siapapun yang tidak tergolong “darah biru” hanya
bernasib mengabdi kepada Raja dan “kaum ningrat”. Ada kemajuan sosial berarti
setelah sistim perbudakan menjelang akhir abad ke-19 di beberapa negara
dilarang dan selangkah lebih maju lagi waktu Serikat Bangsa-bangsa (United
Nations) melarang segala bentuk perbudakan, yaitu dalam bentuk 33 negara
anggota yang menandatangani UN Convention 1956. Namun demikian berbagai bentuk
eksploitasi kaum papa oleh mereka yang berkuasa dan kaya masih berlangsung di
banyak negara.
Perlakuan pekerja dan buruh sebagai budak dalam sistim ekonomi
mutakhir pun masih terjadi dewasa ini dan mungkin berbenih dalam pemikiran ahli
ekonomi klasik Adam Smith (1776) yang mengemukakan prinsip “Survival of the
Fittest”, mirip dengan kehidupan di hutan rimba. Dalam kancah persaingan
yang kuat akan menang dan yang lemah akan musnah. Prinsip demikian sebenarnya
dalam ekonomi liberal masih berlaku juga antara perusahaan besar dan kecil,
walaupun cara bersaing semakin ditertibkan melalui undang-undang, peraturan dan
hak azasi manusia di ranah hukum.
Bahkan menurut Susan George (1976) kecuali perusahaan swasta
juga ada lembaga-lembaga internasional seperti misalnya Bank Dunia (IBRD dan
IDA) yang melalui Food Aid menyatakan membantu memerangi kemiskinan, namun
dalam kenyataan membuat negara-negara berkembang semakin tergantung pada negara
industrial yang maju. Karena itu S. George menyarankan agar negara-negara
berkembang berusaha keras melakukan pembangunan nasional secara lebih mandiri.
Tentu – menurut kesimpulan penulis – usaha itu harus dimulai dengan membenahi
struktur agraria agar sektor pertanian yang produktif menyumbang kearah
industrialisasi.
2.2 INDUSTRIALISASI
2.2.1 Definisi Industrialisasi
Dalam sejarah pembangunan ekonomi, konsep industrialisasi
berawal dari proses revolusi industri pertama pada pertengahan abad ke-18 di
Inggris dengan penemuan metode baru untuk pemintalan dan penemuan kapas yang
menciptakan spesialisasi dalam produksi dan peningkatan produktifitas dari
faktor produksi yang digunakan.
Industrialisasi merupakan suatu proses interaksi antara
pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan perdagangan antar negara yang
pada akhirnya sejalan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat dan mendorong
perubahan struktur ekonomi. Dapat dikatakan bahwa progres teknologi dan inovasi
adalah dua faktor penting yang merubah struktur ekonomi suatu negara dari sisi
penawaran agregat (produksi), sedangkan peningkatan pendapatan masyarakat yang
mengubah volume dan komposisi mempengaruhi struktur ekonomi dari sisi
permintaan agregat.
Industrialisasi merupakan salah satu strategi jangka panjang untuk
menjamin pertumbuhan ekonomi. Hanya beberapa Negara dengan penduduk sedikit
& kekayaan alam meilmpah seperti Kuwait & libya ingin mencapai
pendapatan yang tinggi tanpa industrialisasi.
Ada sejumlah indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
industrialisasi, diantaranya adalah sumbangan nilai tambah sektor industri
manufaktur terhadap pembentukan PDB, nilai tambah sektor industri manufaktur
(NTSIN) perkapita, dan adalah rasio nilai output atau nilai tambah sektor
industri terhadap sektor pertanian.
Pengertian Industri secara umum industri merupakan suatu
kegiatan ekonomi yang mengolah barang mentah, bahan baku, barang setengah jadi
atau barang jadi untuk dijadikan barang yang lebih tinggi kegunaannya.Sedangkan
pengertian dari Industrialisasi suatu proses interkasi antara perkembangan
teknologi, inovasi, spesialisasi dan perdagangan dunia untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat dengan mendorong perubahan struktur ekonomi.
Dari beberapa pengertian industri maka secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa industri adalah kumpulan dari beberapa perusahaan yang
memproduksi barang-barang tertentu dan menempati areal tertentu dengan output
produksi berupa barang atau jasa. Usaha perakitan atau assembling dan juga
reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang,
tetapi juga dalam bentuk jasa.
2.2.2 Jenis-Jenis Industri
1.
Usaha dan Jenis / Macam-macam Industri Berdasarkan Tempat Bahan
Baku:
2.
Industri ekstraktifadalah industri yang bahan baku diambil
langsung dari alam sekitar. Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan,
perikanan, peternakan, pertambangan dan lain-lain.
3.
Industri nonekstaktif adalah industri yang bahan baku didapat
dari tempat lain selain alam sekitar
4.
Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah
berbentuk jasa yang dijual kepada para konsumennya. Contoh : Asuransi,
perbankan, transportasi, ekspedisi, dan lain sebagainya.
5.
Golongan / macam Industri Berdasarkan Besar Kecil Modal:
6.
Industri padat modal adalah industri yang dibangun dengan modal
yang jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya.
7.
Industri padat karya adalah industri yang lebih dititik beratkan
pada sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta
pengoperasiannya.
8.
Jenis-jenis / Macam Industri Berdasarkan Klasifikasi atau
Penjenisannya
berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986
berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986
9.
Industri kimia dasar,contohnya: seperti industri semen,
obat-obatan, kertas, pupuk.
10. Industri
mesin dan logam dasar, misalnya: seperti industri pesawat terbang,
kendaraan bermotor, tekstil.
11. Industri
kecil. Contoh: seperti industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es,
minyak goreng curah
12. Aneka
industry misalnya: seperti industri pakaian, industri makanan dan minuman, dan
lain-lain.
13. Jenis-jenis/macam
Industri Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja
14. Industri
rumah tangga adalah industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah
antara 1-4 orang.
15. Industri
kecil adalah industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah antara
5-19 orang.
16. Industri
sedang atau industri menengah
adalah industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.
adalah industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.
17. Industri
besar adalah industri yang jumlah karyawan/tenaga kerja berjumlah antara
100 orang atau lebih.
18. Pembagian/Penggolongan
Industri Berdasakan Pemilihan Lokasi:
19. Industri
yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar adalah industri yang
didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen. Industri jenis ini akan
mendekati kantong-kantong di mana konsumen potensial berada. Semakin dekat ke
pasar akan semakin menjadi lebih baik.
20. Industri
yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja/labor:
Adalah industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman penduduk karena bisanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja/pegawai untuk lebih efektif dan efisien.
Adalah industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman penduduk karena bisanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja/pegawai untuk lebih efektif dan efisien.
21. Industri
yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan baku:
Adalah jenis industri yang mendekati lokasi di mana bahan baku berada untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar
Adalah jenis industri yang mendekati lokasi di mana bahan baku berada untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar
22. Macam-macam/Jenis
Industri Berdasarkan Produktifitas Perorangan
23. Industri
primer adalah industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan
langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu.
Contohnya adalah hasil produksi pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan sebagainya.
Contohnya adalah hasil produksi pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan sebagainya.
24. Industri
sekunder
industri sekunder adalah industri yang bahan mentah diolah sehingga menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali.
Misalnya adalah pemintalan benang sutra, komponen elektronik, dan sebagainya.
industri sekunder adalah industri yang bahan mentah diolah sehingga menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali.
Misalnya adalah pemintalan benang sutra, komponen elektronik, dan sebagainya.
25. Industri
tersier
Adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa.
Contoh seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa.
Contoh seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan masih banyak lagi yang lainnya.
2.2.3 Faktor – Faktor Pendorong Industrialisasi
Faktor Pendorong Industrialisasi (perbedaan intesitas dalam
proses industrialisasi antar negara):
1.
a) Kemampuan teknologi dan
inovasi.
2.
b) Laju pertumbuhan
pendapatan nasional per kapita.
3.
c) Kondisi dan struktur awal
ekonomi dalam negeri. Negara yang awalnya memiliki industri dasar/primer
seperti baja, semen, kimia, dan industri tengah seperti mesin alat
produksi akan mengalami proses industrialisasi lebih cepat.
4.
d) Besar pangsa pasar DN yang
ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk. Indonesia dengan 200
juta orang menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomi.
5.
e) Ciri industrialisasi yaitu
cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap implementasi, jenis industri
unggulan dan insentif yang diberikan.
6.
f) Keberadaan SDA:
Negara dengan SDA yang besar cenderung lebih lambat dalam industrialisasi.
7.
g) Kebijakan/strategi pemerintah
seperti tax holiday dan bebas bea masuk bagi industri orientasi ekspor.
Pada tingkat meso, keberhasilan industrialisasi dapat dilihat
dari 3 aspek:
1.
Tingkat diversivikasi output baik didalam satu kelompok barang
(misalnya barang konsumsi) atau untuk semua kategori, termasuk barang-barang
modal dan input perantara.
2.
Adanya pergeseran dari barang-barang berbobot tekhnologi rendah
ke barang-barang dengan kandungan tekhnologi tinggi.
3.
Adanya keterkaitan produksi yang kuat antara industri, yang
mencermikan ketergantungan sektor tersebut terhadap impor.
Pada tingkat mikro, keberhasilan industrialisasi dapat dilihat
pada kinerja perusahaan secara individu atau kelompok, mulai dari pertumbuhan
volume output rata-rata pertahun, skala usaha, hingga keuntungan bersih
per satu unit output yang dihasilkan.
2.2.4 Permasalahan Tantangan Perkembangan
Sektor Industri
Beberapa permasalahan antangan perkembangan sektorindustri
diantranya ialah sebagai berikut:
1.
Meningkatnya daya saing dan keunggulan kompetitif industri nasional
yang mengandalkan pada keterampilan dan kreativitas sumber daya manusia,
kemampuan teknologi dan kemampuan manajemen dengan tetap memanfaatkan keungulan
komparatif yang dimiliki.
2.
Peningkatan kemampuan tenaga kerja industrial yang ahli dan
trampil dalam jumlah dan mutu yang sesuai dengan kebutuhan berbagai jenis
industri termasuk mendorong untuk menguasai dan melaksanakan pengalihan
berbagai jenis teknologi guna mendukung proses industrialisasi
3.
Menumbuhkan motivasi dan daya kreasi inovatif yang luas serta
menciptakan iklim usaha dan persaingan yang sehat termasuk perlindungan hasil
inovasi.
4.
Menggerakkan tabungan masyarakat dan menyalurkannya ke arah
investasi yang produktif di sektor industri, dan secara efektif mampu
memberikan dampak ganda terhadap proses akumulasi modal.
5.
Mengembangkan iklim investasi dan berbagai sistem insentif yang
dapat lebih meningkatkan daya tarik investasi di sektor indsutri
6.
Perluasan basis pendukung industri dengan mengembangkan
keterkaitan, persebaran, struktur produksi-ekspor-impor sebagai prasyarat
terciptanya struktur industri yang kukuh.
7.
Membangun perangkat kelembagaan yang mantap sehingga sector
industri senantiasa mampu tanggap dan terandalkan dalam menghadapi berbagai
perkembangan ataupun perubahan yang timbul.
8.
Mengembangkan dan mempercepat pertumbuhan industri kecil dan
menengah secara lebih terarah, terpadu dan efektif sehingga menjadi tulang
punggung struktur industri nasional.
9.
Meningkatkan kemampuan industri kecil dan menengah yang telah
mulai berkembang untuk memanfaatkan relokasi industri yang berasal dari negara
maju ke Indonesia, khususnya industri skala menengah.
10. Menentukan
pilihan kebijakan yang tepat untuk melaksanakan pembangunan industri yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan pengaturan tata ruang yang
tepat.
2.2.5 Alternatif Strategi Industrialisasi
Adapun dalam mengatasi perihal industrialisasi ada sejumlah
alternatif serta meningkatkan kesempatan kerja, ada tiga tujuan
penting lainnya dari industrialisasi yang harus dicapai, yaitu sebagai berikut:
o Menciptakan atau meningkatkan nilai tambah
ekonomi yakni nilai tambah dari semua sektor ekonomi yang ada, termasuk
industri, pertanian, dsb.
o Meningkatkan efensiensi ekonomi.
o Mengurangi ketergantungan pada impor.
Dalam memilih alternatif strategi industrialisasi yang tepat
untuk diterapkan diIndonesia untuk menyampaikan tujuan tujuan tersebut,
ada sejumlah aspek yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikutmelihat
kenyataan bahwa ada dua sektor ekonomi yang besar dimana Indonesia memiliki
keunggulan kompratif atas sector sector tersebut, yaitu pertanian dan
pertambangan, maka dalam proses industrialisasi harus dibangun/dikembangkan
terkait produksi kedepan dan kebelakang antara kedua sector primer tersebut
dengan sector industry manufaktur.Industrialisasi atau pembangunan sector
industri manufaktur di Indonesia harus dilandaskan pada sector pertanian dan
sector pertambangan yang kuat, sesuai paradigma mengenai spesialisasi yang
didasarkan pada keunggulan komparatif yang ada keunggulan kompetitif yang dapat
dikembangkan.
Selain dengan sector primer, juga harus dibangun/dikembangkan
keterkaitan produksi antara sector industry manufaktur dengan sector sector
sekunder lainnya dan sector sector tersier. Disamping itu, juga harus dibangun/dikembangkan
keterkaitan produksi didalam sector industry manufaktur antara subsector/kelompok
industry dan antara unit produksi dari skala yang berbeda didalam setiap
kelompok industry .
Strategi industrialisasi yang tepat bagi Indonesia adalah yang
memfokuskan pada perkembangan kelompok kelompok industry.Perkembangan sector
industry manufaktur harus berdasarkan spesialisasi berdasarkan factor factor
keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia dan factor factor keunggulan
kompetitif yang dapat dikembangkan, tidak lagi industrialisasi berspektrum
luas.
Industrialisasi harus member dampak positif terhadap saldo
neraca pembayaran, khususnya saldo neraca perdaganan, tidak hanya dengan cara
meningkatkan ekspor barang barang dengan nilai tambah tinggi, tetapi juga
dengan cara mengurangi impor. Industrialisasi harus mendukung potensi daerah,
yang sekaligus mendukung pelaksanaan otonomi daerah
Strategi industrialisasi yang tepat adalah yang bisa
meningkatkan kemampuan perusahaan perusahaan local / nasional dalam berproduksi,
mengembangkan teknologi dan produk dengan merek sendiri. Industrialisasi harus
menciptakan atau mempercepat proses pendalaman struktur industry.
Pola industrialisasi juga harus berorientasi pada peningkatan
dan pemerataan pendapatan masyarakat, tentu tanpa mengurangi tingkat efesiensi
dan produktivitas.
Jenis jenis insentif yang akan diberikan oleh pemerintah dengan
maksud untuk mendukung proses industrialisasi yang harus dibuktikan memiliki
social cost effectiveness-nya yang tinggi, artinya social benefit lebih besar
daripada social costnya.
3.3 Hubungan
Industrialisasi dengan Kemiskinan Di Indonesia


Di Indonesia, Tulus Tambunan (2001, h-108) mencatat adanya
proses industrialisasi dimulai dari tahun 1969 dan berhasil mengangkat tingkat
pendapatan per kapita di atas US$ 1.000 per tahun dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi 7% pada saat penduduk 200 jutaan. Namun saat tulisan ini dibuat,
keadaan menurun jauh, hingga diperkirakan income perkapita hanya 650 US$ dengan
pertumbuhan ekonomi di bawah 4% dan jumlah penduduk hampir 210 juta. Yudo
Swasono mencatat bahwa setelah krisis ekonomi yang terjadi pada periode
1982-1986, pada waktu itu pertumbuhan hanya 5%.
Selanjutnya dengan proses
industrialisasi pertumbuhan meningkat dan berhasil recovery (pulih kembali), hingga tumbuh tahun 1989
ialah 7,5%, tahun 1991 mencapai 6,6% dan pada akhir Repelita X, atau akhir
Pembangunan Jangka Panjang II akan tumbuh dengan rata-rata 8,7%. (Muhammad
Thoyib, 1995, h-4). Namun perkiraan ini meleset jauh, sebab mulai 1997 terjadi
krisis moneter yang berlanjut hingga riset ini ditulis, ternyata kondisi itu
masih belum pulih.
Industrialisasi yang berkembang di era sekarang ini menyedot
begitu banyak tenaga kerja. Hal ini telah merubah alur pendistribusian tenaga
kerja dari sektor non industri menuju sektor industri. Hal ini juga berdampak
pada pendapatan yang diperoleh oleh tenaga kerja tersebut. Dengan kata lain
secara tidak langsung industrialisasi telah mempengaruhi tingkat kemiskinan.
Namun ternyata perekonomian Indonesia masih sangat tegantung
pada sumber daya alam (pertanian, hasil hutan, perkebunan, pariwisata,
pertambangan, dan sebagainya). Di pihak lain, tingkat pendapatan masyarakat
umumnya masih rendah. Oleh karena itu, tingkat kesejahteraan (dan usaha
penanggulangan kemiskinan) Indonesia menjadi sangat dipengaruhi oleh perubahan
kualitas lingkungan.
Tabel 1. Matriks Ketergantungan
Ekonomi terhadap SDA dan LH dengan Tingkat Pendapatan
Pendapatan
Tinggi/
|
Pendapatan
Rendah/
|
|
High
Income
|
Low
Income
|
|
Ketergantungan
ekonomi terhadap SDA dan LH tinggi/High economic dependence on
natural resources and the environment
|
Dampak
kerusakan terhadap kesejahteraan sedang (misalnya: New Zealand)/Medium level of negative impact on prosperity (e.g. New Zealand)
|
Dampak
kerusakan terhadap kesejahteraan tinggi (misalnya: Indonesia)/ High level of negative impact on prosperity (e.g.
Indonesia)
|
Ketergantungan
ekonomi terhadap SDA dan LH rendah/Low economic dependence on
natural resources and the environment
|
Dampak
kerusakan terhadap kesejahteraan rendah (misalnya: Singapore)/ Low level of negative impact on prosperity (e.g Singapore)
|
Dampak
kerusakan terhadap kesejahteraan sedang/Medium level of negative
impact on prosperity
|
Di samping itu, kita perlu pula memperhatikan kepekaan perubahan
kualitas lingkungan terhadap masyarakat dengan tingkat kehidupan tertentu dalam
satu komunitas tertentu. Umumnya karena daya beli yang lebih kuat (karena itu
mempunyai pilihan yang lebih luas) dan informasi yang lebih lengkap, maka
mereka yang berpendapatan tinggi lebih tidak peka terhadap kualitas lingkungan
yang menurun. Pada kasus di mana kualitas lingkungan udara telah tercemar,
mereka yang berpendapatan tinggi lebih mudah untuk pindah ke lokasi lain dengan
kualitas udara lebih baik, sedangkan mereka yang berpendapatan rendah akan
terjebak dalam lingkungan tercemar tersebut.
Bila ditinjau lebih mendalam, terlihat ada hubungan yang saling
mempengaruhi antara industrialisasi, kemiskinan dan sumber daya alam.
Industrialisasi mempengaruhi kemiskinan melalui tingkat pendapatan yang
diberikan sektor industri. Kemiskinan mempengaruhi tinggkat penggunaan
sumberdaya alam dan proses konservasi sumber daya alam serta lingkungan hidup.
Sumber daya alam merupakan sebagai bahan baku dalam Industrialisasi . Hubungan
ini terlihat pada diagram berikut.
Selain itu industrialisasi memberikan dampak pula pada tingkat
kesehatan yang mempengaruhi jumlah natalitas dan mortalitas penduduk. Dengan
kata lain industrialisasi juga mempengaruhi jumlah penduduk sehingga membentuk
hubungan sesuai diagram berikut.
Dengan berkembangnya jumlah penduduk, perekonomian harus lebih
banyak menyediakan barang dan jasa yang merupakan hasil dari industrialisasi.
Peningkatan produksi barang dan jasa menuntut lebih banyak produksi barang SDA
yang harus digali dan semakin menipisnya SDA dan akhirnya pencemaran lingkungan
semakin meningkat.
Ada hubungan yang positif antara jumlah dan kuantitas barang
sumberdaya dan pertumbuhan ekonomi, tetapi sebaliknya ada hubungan negatif antara
pertumbuhan ekonomi dan tersedianya sumberdaya alam yang ada di dalam bumi. Di
samping itu dengan pembangunan ekonomi yang cepat yang dibarengi dengan
pembangunan pabrik sebagai bentuk industrialisasi akan meningkatkan pencemaran
lingkungan.
Peningkatan pencemaran lingkungan akan mempersempit lapangan kerja
sehingga menimbulkan pengangguran dan berujung pada persoalan kemiskinan.
Hubungan itu terus berlangsung dengan pola saling mempengaruhi satu sama
lainnya dimana untuk memperbaiki salah satu diantaranya maka harus memperbaiki
keseluruhan bagian. Misalnya dalam penanganan pemberantasan kemiskinan maka
permasalahan industrialisasi dan sumber daya alam juga harus menjadi fokus
penanganan dalam proses tersebut.
KESIMPULAN
Dengan
berkembangnya jumlah penduduk, perekonomian harus lebih banyak menyediakan
barang dan jasa yang merupakan hasil dari industrialisasi. Peningkatan produksi
barang dan jasa menuntut lebih banyak produksi barang SDA yang harus digali dan
semakin menipisnya SDA dan akhirnya pencemaran lingkungan semakin meningkat.
Ada
hubungan yang positif antara jumlah dan kuantitas barang sumberdaya dan pertumbuhan
ekonomi, tetapi sebaliknya ada hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dan
tersedianya sumberdaya alam yang ada di dalam bumi. Di samping itu dengan
pembangunan ekonomi yang cepat yang dibarengi dengan pembangunan pabrik sebagai
bentuk industrialisasi akan meningkatkan pencemaran lingkungan.
Peningkatan
pencemaran lingkungan akan mempersempit lapangan kerja sehingga menimbulkan
pengangguran dan berujung pada persoalan kemiskinan. Hubungan itu terus
berlangsung dengan pola saling mempengaruhi satu sama lainnya dimana untuk
memperbaiki salah satu diantaranya maka harus memperbaiki keseluruhan bagian.
Misalnya dalam penanganan pembrantasan kemiskinan maka permasalahan
industrialisasi dan sumber daya alam juga harus menjadi fokus penanganan dalam proses
tersebut.
Terimakasih, semoga bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar